Gorontalo – Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Gorontalo (FIP UNG) melahirkan fasilitator perdamaian melalui Training of Trainers (TOT) Peace Educator yang digelar di kawasan pesisir Gorontalo. Kegiatan ini diikuti guru sekolah dasar, mahasiswa, dan alumni PGSD sebagai upaya memperkuat peran pendidikan kedamaian di wilayah pesisir.

Kegiatan ini menghadirkan pemateri utama Zefrin, M.Pd., dosen PGSD yang dikenal aktif dalam pengembangan pendidikan karakter dan literasi sosial. Dalam materinya, Zefrin menekankan pentingnya peran guru sebagai agen perdamaian di sekolah dasar. “Guru di kawasan pesisir memiliki posisi strategis dalam menanamkan nilai toleransi, menghargai perbedaan, dan menyelesaikan konflik secara damai kepada anak-anak sejak dini,” ujarnya.

TOT Peace Educator ini juga mendapat perhatian khusus dari pimpinan jurusan. Dr. Candra Cuga, Ketua Jurusan PGSD FIP UNG, hadir langsung membuka kegiatan dan memberikan dukungannya. Ia menegaskan bahwa program ini menjadi langkah konkret PGSD dalam mencetak pendidik yang tidak hanya unggul dalam akademik, tetapi juga memiliki kepedulian sosial. “Guru penggerak kedamaian adalah kunci membangun lingkungan belajar yang aman, nyaman, dan menghargai keberagaman,” kata Candra. Hadir pula Muhammad Sarlin, M.Pd., Sekretaris Jurusan PGSD FIP UNG, yang berharap kegiatan ini dapat menjadi program berkelanjutan. Menurutnya, guru di wilayah pesisir sering menghadapi tantangan sosial dan keterbatasan akses pendidikan sehingga pendekatan berbasis nilai-nilai kedamaian menjadi sangat relevan untuk diterapkan.

Suasana TOT berlangsung interaktif melalui diskusi kelompok, simulasi pembelajaran, dan studi kasus. Para peserta diajak merancang rencana pembelajaran berbasis pendidikan damai yang terintegrasi dalam mata pelajaran sekolah dasar. Beberapa guru mengaku pelatihan ini membuka wawasan baru dalam menerapkan nilai kedamaian dalam pembelajaran sehari-hari. PGSD FIP UNG berharap fasilitator yang lahir dari kegiatan ini mampu menjadi penggerak pendidikan damai di sekolah-sekolah pesisir. Ke depan, modul hasil pelatihan akan diuji coba di sekolah mitra, dan kegiatan serupa direncanakan menjadi agenda rutin guna memperkuat peran guru sebagai agen perdamaian di kawasan timur Indonesia.